Dalam dunia sepak bola, irfan jaya kemenangan sering kali dianggap milik tim besar dengan pemain bintang dan sumber daya tak terbatas. Namun, ada kalanya tim-tim underdog—yang kurang diperhitungkan atau dianggap sebagai underdog—justru muncul dengan kejutan besar, mengalahkan tim-tim favorit dan mencatatkan sejarah yang tak terlupakan. Kisah-kisah tim underdog ini tidak hanya menyuguhkan drama sepak bola yang luar biasa, tetapi juga mengingatkan kita bahwa dalam sepak bola, segalanya mungkin terjadi.
Salah satu kisah tim underdog yang witan sulaeman paling legendaris dalam sepak bola modern adalah keberhasilan Leicester City meraih gelar juara Liga Premier Inggris pada musim 2015/2016. Sebelum musim itu, Leicester City diperkirakan hanya akan bertahan di papan tengah liga dan bahkan terancam terdegradasi. Namun, di bawah manajer Claudio Ranieri, Leicester City berhasil menunjukkan performa luar biasa, mengalahkan tim-tim besar seperti Manchester United, Arsenal, dan Chelsea, dan akhirnya mengklaim gelar juara Liga Inggris untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Keberhasilan Leicester City ini menjadi bukti nyata bahwa sepak bola tidak selalu berjalan sesuai prediksi, dan keberhasilan bisa datang dari kerja keras kolektif serta semangat juang yang tinggi. Keberhasilan Leicester City juga menjadi inspirasi bagi tim-tim kecil lainnya bahwa mereka pun bisa bersaing di level tertinggi, mengubah paradigma tentang siapa yang seharusnya juara.
Piala Dunia FIFA 2002 juga menyuguhkan kisah tim underdog yang mengejutkan dunia. Pada ajang yang digelar di Korea Selatan dan Jepang ini, Jerman—yang dinilai tidak memiliki skuad terbaik—berhasil mencapai final dan mengalahkan banyak tim kuat untuk merebut posisi kedua. Mereka berhasil menyingkirkan favorit seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan melalui pertandingan yang penuh drama dan ketegangan.
Namun, kejutan terbesar datang dari Turki, yang mencapai semifinal dan meraih posisi ketiga. Tim ini bukanlah tim unggulan dan tidak diperhitungkan sebelumnya, tetapi mereka menunjukkan kualitas dan semangat juang yang luar biasa, mengalahkan tim besar seperti Holland dan Senegal. Keberhasilan Turki di Piala Dunia 2002 menunjukkan bahwa dalam sepak bola, tim yang tidak diperhitungkan sekalipun memiliki peluang untuk mencapai prestasi tinggi.
Tim nasional Yunani menggemparkan dunia sepak bola dengan menjuarai Piala Eropa (Euro) 2004 meskipun tidak dianggap sebagai favorit. Di bawah asuhan pelatih Otto Rehhagel, Yunani mengalahkan tim-tim besar seperti Portugal di final dengan skor 1-0, meskipun mereka lebih dikenal dengan gaya permainan bertahan yang ketat dan efektif. Keberhasilan ini menjadi salah satu kejutan terbesar dalam sejarah turnamen Piala Eropa, mengingat Yunani sebelumnya tidak memiliki reputasi sebagai kekuatan besar di dunia sepak bola.
Keberhasilan Yunani juga menunjukkan bahwa tak selalu dibutuhkan pemain-pemain bintang untuk meraih kesuksesan. Dengan strategi tim yang solid dan kerja sama yang luar biasa, Yunani membuktikan bahwa kesuksesan di sepak bola bisa datang dari tim yang memiliki kesatuan dan komitmen tinggi, meski dianggap tidak berpotensi oleh banyak pihak.
Selain itu, banyak tim negara kecil yang juga mencatatkan kejutan-kejutan luar biasa dalam ajang Piala Dunia. Misalnya, Senegal pada Piala Dunia 2002 yang berhasil mencapai perempat final, serta Costa Rica yang menembus perempat final pada Piala Dunia 2014. Keberhasilan-keberhasilan ini membuktikan bahwa tim-tim yang kurang diunggulkan juga bisa menampilkan permainan berkualitas dan meraih hasil positif di turnamen bergengsi.
Kisah-kisah tim underdog yang mengejutkan dunia ini memberikan pelajaran berharga dalam sepak bola—bahwa kerja keras, semangat juang, dan strategi yang matang bisa menundukkan tim-tim dengan kekuatan lebih besar. Tim-tim seperti Leicester City, Yunani, Senegal, dan Turki mengingatkan kita bahwa dalam sepak bola, tak ada yang mustahil. Kejutan-kejutan ini menambah warna dalam dunia sepak bola, membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan dan menciptakan sejarah yang tak terlupakan.